Penayangan bulan lalu

Kamis, 27 Juni 2013

BENDA – BENDA PUSAKA BATAK

HoRaS HaBaTaKoN ! 
BENDA – BENDA BERSEJARAH/PUSAKA BATAK

1. Solam Mulajadi.
Solam Mulajadi atau Pisau Mulajadi adalah pisau yang dibawa Debata Asi-asi dari banua ginjang (Benua atas). Pisau ini adalah himpunan seluruh pengetahuan orang batak, sebab pisau ini berisi aksara batak 19+7 pengetahuan.


2. Piso Sipitu Sasarung
Piso Sipitu Sasarung adalah pisau yang mana dalam 1 sarung terdapat 7 buah pisau di dalamnya. Pada zaman dahulu kala setelah gunung pusuk buhit meletus 73.000 tahun yang lalu seorang keturunan Siraja Batak bernama Raja Batorusan yang selamat dari musibah tersebut pergi ke gunung pusuk buhit yang sekarang dan diatas gunung tersebut ada sebuah telaga. Setibanya di telaga tersebut dia melihat 7 orang putri turun dari langit dan mandi di telaga tersebut.

Raja Hatorusan pun tercengang dan heran. Maka iapun mencuri pakaian salah satu dari purti tersebut, sehingga putri tersebut pun tidak dapat terbang lagi ke langit dan iapun mempersuntingnya menjadi istrinya.

Dari legenda inilah awal dari Piso Sipitu Sasarung yang mana melambangkan Tujuh Kekuatan yang dibawah oleh Putri Kayangan dari Banua Ginjang untuk bekal hidup Siraja Batak yang baru.


3. Piso Silima Sasarung
Pisau inilah pisau 1 sarung tetapi di dalamnya ada 5 buah mata pisau. Di dalam pisau ini berisikan kehidupan manusia, dimana menurut orang batak manusia lahir kedunia ini mempunyai 4 roh, kelima badan (wujud). Maka dalam ilmu meditasi untuk mendekatkan diri kepada Mulajadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Esa) harus lebih dulu menyatukan 4 roh, kelima badan.


4. Piso Sitolu Sasarung
Piso Sitolu Sasarung adalah pisau yang mana dalam 1 sarung ada 3 buah mata pisau. Pisau ini melambangkan kehidupan orang batak yang menyatu 3 benua. Benua atas, benua bawah dan benua tonga, Juga melambangkan agar Debata Natolu, Batara Guru merupakan kebijakan, Batara Sori merupakan keimanan & kebenaran Batara Bulan merupakan kekuatan tetap menyertai orang batak dalam kehidupan sehari-hari.


5. Piso Siseat Anggir

Piso ini biasa digunakan pada saat membuat obat atau ilmu. Piso ini bertujuan hanya untuk memotong anggir (jeruk purut).


6. Sunggul Sohuturon
Sunggul Sohuturon ini terbuat dari rotan yang di anyam berbentuk keranjang sunggul ini bertujuan untuk memanggil roh manusia yang lari atau roh yang diambil oleh keramat.


7. Pukkor Anggir
Pukkor Anggir ini digunakan untuk menusuk anggir dan mendoakannya pada saat menusuk sebelum anggir tersebut di potong.


8. Tutu
Tutu ini bertujuan untuk menggiling ramuan-ramuan obat yang hendak digunakan pada orang sakit.


9. Sahang
Sahang ini adalah yang terbuat dari gading gajah. Sahang ini digunakan tempat obat yang mampu mengobati segala jenis penyakit manusia.


10. Gupak
Gupak ini biasanya digunakan memotong obat yang jenisnya keras seperti akar-akaran, kayu-kayuan dan lain-lain.


11. Piso Halasan
Piso Halasan adalah pedang sakti yang berisikan :
“Yang tak mempunyai keturunan menjadi mempunyai keturunan sekaligus pisau Raja Sorimangaraja. Pisau Raja mendatangkan rejeki dalam kehidupan. Legenda Pisau Halasan:

Pada zaman dahulu seorang raja yang merantau ke kota Balige sudah lama tak mempunyai keturunan. Dengan demikian dia memanggil seorang anak sakti untuk menolong dia bagaimana caranya agar dia mempunyai keturunan. Maka anak sakti tersbeut menyatakan :

“Ambil besi dari dalam batu kemudian tempahlah besi tersebut dan buatlah pedangmu dan sebutlah namanya Piso Halasan, maka kau akan mempunyai anak laki-laki dan perempuan. Dengan tulus hati Tuan Sorimangaraja melaksanakannya dengan menggunakan petir untuk memecahkan batu yang besar, diapun mendapatkan besi tersebut dan menempahnya menjadi pisau. Demikianlah asal-muasal Pisau Halasan.


12. Piso Tobbuk Lada
Piso Tombuk Lada adalah Pisau Kecil yang biasa digunakan untuk memotong dan mengiris ramuan obat.


13. Hujur Siringis
Hujur Siringis adalah sebuah tombak sakti yang biasa digunakan para panglima perang.


14. Tukkot Sitonggo Mual
Tukkot Sitonggo Mual adalah Tongkat sakti Siraja Batak yang mana pada zaman dulu dalam perjalanan apabila air tidak ada jika tongkat ini ditancapkan ke tanah maka mata air akan keluar.


15. Piso Solam Debata
Piso Solam Debata adalah sebuah pisau kecil Siraja Batak yang biasa dipakai oleh seorang Raja dan apabila dia berbicara atau memerintah, maka semua manusia akan menurut. Pisau ini hanya dipakai oleh seorang raja.


16. Piso Gaja Doppak

Piso Gaja Doppak ini adalah pisau pedang seorang raja yang mana apabila pisau ini dipakai, maka segala penghambat didepan, disamping, dibelakang akan jauh. Biasa pisau ini dipakai oleh Raja pada saat berjalan atau keluar daerah.


BENDA – BENDA PUSAKA BATAK

HoRaS HaBaTaKoN ! 
BENDA – BENDA BERSEJARAH/PUSAKA BATAK

1. Solam Mulajadi.
Solam Mulajadi atau Pisau Mulajadi adalah pisau yang dibawa Debata Asi-asi dari banua ginjang (Benua atas). Pisau ini adalah himpunan seluruh pengetahuan orang batak, sebab pisau ini berisi aksara batak 19+7 pengetahuan.


2. Piso Sipitu Sasarung
Piso Sipitu Sasarung adalah pisau yang mana dalam 1 sarung terdapat 7 buah pisau di dalamnya. Pada zaman dahulu kala setelah gunung pusuk buhit meletus 73.000 tahun yang lalu seorang keturunan Siraja Batak bernama Raja Batorusan yang selamat dari musibah tersebut pergi ke gunung pusuk buhit yang sekarang dan diatas gunung tersebut ada sebuah telaga. Setibanya di telaga tersebut dia melihat 7 orang putri turun dari langit dan mandi di telaga tersebut.

Raja Hatorusan pun tercengang dan heran. Maka iapun mencuri pakaian salah satu dari purti tersebut, sehingga putri tersebut pun tidak dapat terbang lagi ke langit dan iapun mempersuntingnya menjadi istrinya.

Dari legenda inilah awal dari Piso Sipitu Sasarung yang mana melambangkan Tujuh Kekuatan yang dibawah oleh Putri Kayangan dari Banua Ginjang untuk bekal hidup Siraja Batak yang baru.


3. Piso Silima Sasarung
Pisau inilah pisau 1 sarung tetapi di dalamnya ada 5 buah mata pisau. Di dalam pisau ini berisikan kehidupan manusia, dimana menurut orang batak manusia lahir kedunia ini mempunyai 4 roh, kelima badan (wujud). Maka dalam ilmu meditasi untuk mendekatkan diri kepada Mulajadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Esa) harus lebih dulu menyatukan 4 roh, kelima badan.


4. Piso Sitolu Sasarung
Piso Sitolu Sasarung adalah pisau yang mana dalam 1 sarung ada 3 buah mata pisau. Pisau ini melambangkan kehidupan orang batak yang menyatu 3 benua. Benua atas, benua bawah dan benua tonga, Juga melambangkan agar Debata Natolu, Batara Guru merupakan kebijakan, Batara Sori merupakan keimanan & kebenaran Batara Bulan merupakan kekuatan tetap menyertai orang batak dalam kehidupan sehari-hari.


5. Piso Siseat Anggir

Piso ini biasa digunakan pada saat membuat obat atau ilmu. Piso ini bertujuan hanya untuk memotong anggir (jeruk purut).


6. Sunggul Sohuturon
Sunggul Sohuturon ini terbuat dari rotan yang di anyam berbentuk keranjang sunggul ini bertujuan untuk memanggil roh manusia yang lari atau roh yang diambil oleh keramat.


7. Pukkor Anggir
Pukkor Anggir ini digunakan untuk menusuk anggir dan mendoakannya pada saat menusuk sebelum anggir tersebut di potong.


8. Tutu
Tutu ini bertujuan untuk menggiling ramuan-ramuan obat yang hendak digunakan pada orang sakit.


9. Sahang
Sahang ini adalah yang terbuat dari gading gajah. Sahang ini digunakan tempat obat yang mampu mengobati segala jenis penyakit manusia.


10. Gupak
Gupak ini biasanya digunakan memotong obat yang jenisnya keras seperti akar-akaran, kayu-kayuan dan lain-lain.


11. Piso Halasan
Piso Halasan adalah pedang sakti yang berisikan :
“Yang tak mempunyai keturunan menjadi mempunyai keturunan sekaligus pisau Raja Sorimangaraja. Pisau Raja mendatangkan rejeki dalam kehidupan. Legenda Pisau Halasan:

Pada zaman dahulu seorang raja yang merantau ke kota Balige sudah lama tak mempunyai keturunan. Dengan demikian dia memanggil seorang anak sakti untuk menolong dia bagaimana caranya agar dia mempunyai keturunan. Maka anak sakti tersbeut menyatakan :

“Ambil besi dari dalam batu kemudian tempahlah besi tersebut dan buatlah pedangmu dan sebutlah namanya Piso Halasan, maka kau akan mempunyai anak laki-laki dan perempuan. Dengan tulus hati Tuan Sorimangaraja melaksanakannya dengan menggunakan petir untuk memecahkan batu yang besar, diapun mendapatkan besi tersebut dan menempahnya menjadi pisau. Demikianlah asal-muasal Pisau Halasan.


12. Piso Tobbuk Lada
Piso Tombuk Lada adalah Pisau Kecil yang biasa digunakan untuk memotong dan mengiris ramuan obat.


13. Hujur Siringis
Hujur Siringis adalah sebuah tombak sakti yang biasa digunakan para panglima perang.


14. Tukkot Sitonggo Mual
Tukkot Sitonggo Mual adalah Tongkat sakti Siraja Batak yang mana pada zaman dulu dalam perjalanan apabila air tidak ada jika tongkat ini ditancapkan ke tanah maka mata air akan keluar.


15. Piso Solam Debata
Piso Solam Debata adalah sebuah pisau kecil Siraja Batak yang biasa dipakai oleh seorang Raja dan apabila dia berbicara atau memerintah, maka semua manusia akan menurut. Pisau ini hanya dipakai oleh seorang raja.


16. Piso Gaja Doppak

Piso Gaja Doppak ini adalah pisau pedang seorang raja yang mana apabila pisau ini dipakai, maka segala penghambat didepan, disamping, dibelakang akan jauh. Biasa pisau ini dipakai oleh Raja pada saat berjalan atau keluar daerah.


BENDA – BENDA PUSAKA BATAK

HoRaS HaBaTaKoN ! 
BENDA – BENDA BERSEJARAH/PUSAKA BATAK

1. Solam Mulajadi.
Solam Mulajadi atau Pisau Mulajadi adalah pisau yang dibawa Debata Asi-asi dari banua ginjang (Benua atas). Pisau ini adalah himpunan seluruh pengetahuan orang batak, sebab pisau ini berisi aksara batak 19+7 pengetahuan.


2. Piso Sipitu Sasarung
Piso Sipitu Sasarung adalah pisau yang mana dalam 1 sarung terdapat 7 buah pisau di dalamnya. Pada zaman dahulu kala setelah gunung pusuk buhit meletus 73.000 tahun yang lalu seorang keturunan Siraja Batak bernama Raja Batorusan yang selamat dari musibah tersebut pergi ke gunung pusuk buhit yang sekarang dan diatas gunung tersebut ada sebuah telaga. Setibanya di telaga tersebut dia melihat 7 orang putri turun dari langit dan mandi di telaga tersebut.

Raja Hatorusan pun tercengang dan heran. Maka iapun mencuri pakaian salah satu dari purti tersebut, sehingga putri tersebut pun tidak dapat terbang lagi ke langit dan iapun mempersuntingnya menjadi istrinya.

Dari legenda inilah awal dari Piso Sipitu Sasarung yang mana melambangkan Tujuh Kekuatan yang dibawah oleh Putri Kayangan dari Banua Ginjang untuk bekal hidup Siraja Batak yang baru.


3. Piso Silima Sasarung
Pisau inilah pisau 1 sarung tetapi di dalamnya ada 5 buah mata pisau. Di dalam pisau ini berisikan kehidupan manusia, dimana menurut orang batak manusia lahir kedunia ini mempunyai 4 roh, kelima badan (wujud). Maka dalam ilmu meditasi untuk mendekatkan diri kepada Mulajadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Esa) harus lebih dulu menyatukan 4 roh, kelima badan.


4. Piso Sitolu Sasarung
Piso Sitolu Sasarung adalah pisau yang mana dalam 1 sarung ada 3 buah mata pisau. Pisau ini melambangkan kehidupan orang batak yang menyatu 3 benua. Benua atas, benua bawah dan benua tonga, Juga melambangkan agar Debata Natolu, Batara Guru merupakan kebijakan, Batara Sori merupakan keimanan & kebenaran Batara Bulan merupakan kekuatan tetap menyertai orang batak dalam kehidupan sehari-hari.


5. Piso Siseat Anggir

Piso ini biasa digunakan pada saat membuat obat atau ilmu. Piso ini bertujuan hanya untuk memotong anggir (jeruk purut).


6. Sunggul Sohuturon
Sunggul Sohuturon ini terbuat dari rotan yang di anyam berbentuk keranjang sunggul ini bertujuan untuk memanggil roh manusia yang lari atau roh yang diambil oleh keramat.


7. Pukkor Anggir
Pukkor Anggir ini digunakan untuk menusuk anggir dan mendoakannya pada saat menusuk sebelum anggir tersebut di potong.


8. Tutu
Tutu ini bertujuan untuk menggiling ramuan-ramuan obat yang hendak digunakan pada orang sakit.


9. Sahang
Sahang ini adalah yang terbuat dari gading gajah. Sahang ini digunakan tempat obat yang mampu mengobati segala jenis penyakit manusia.


10. Gupak
Gupak ini biasanya digunakan memotong obat yang jenisnya keras seperti akar-akaran, kayu-kayuan dan lain-lain.


11. Piso Halasan
Piso Halasan adalah pedang sakti yang berisikan :
“Yang tak mempunyai keturunan menjadi mempunyai keturunan sekaligus pisau Raja Sorimangaraja. Pisau Raja mendatangkan rejeki dalam kehidupan. Legenda Pisau Halasan:

Pada zaman dahulu seorang raja yang merantau ke kota Balige sudah lama tak mempunyai keturunan. Dengan demikian dia memanggil seorang anak sakti untuk menolong dia bagaimana caranya agar dia mempunyai keturunan. Maka anak sakti tersbeut menyatakan :

“Ambil besi dari dalam batu kemudian tempahlah besi tersebut dan buatlah pedangmu dan sebutlah namanya Piso Halasan, maka kau akan mempunyai anak laki-laki dan perempuan. Dengan tulus hati Tuan Sorimangaraja melaksanakannya dengan menggunakan petir untuk memecahkan batu yang besar, diapun mendapatkan besi tersebut dan menempahnya menjadi pisau. Demikianlah asal-muasal Pisau Halasan.


12. Piso Tobbuk Lada
Piso Tombuk Lada adalah Pisau Kecil yang biasa digunakan untuk memotong dan mengiris ramuan obat.


13. Hujur Siringis
Hujur Siringis adalah sebuah tombak sakti yang biasa digunakan para panglima perang.


14. Tukkot Sitonggo Mual
Tukkot Sitonggo Mual adalah Tongkat sakti Siraja Batak yang mana pada zaman dulu dalam perjalanan apabila air tidak ada jika tongkat ini ditancapkan ke tanah maka mata air akan keluar.


15. Piso Solam Debata
Piso Solam Debata adalah sebuah pisau kecil Siraja Batak yang biasa dipakai oleh seorang Raja dan apabila dia berbicara atau memerintah, maka semua manusia akan menurut. Pisau ini hanya dipakai oleh seorang raja.


16. Piso Gaja Doppak

Piso Gaja Doppak ini adalah pisau pedang seorang raja yang mana apabila pisau ini dipakai, maka segala penghambat didepan, disamping, dibelakang akan jauh. Biasa pisau ini dipakai oleh Raja pada saat berjalan atau keluar daerah.

 

Umpasa/ Umpama/ Falsafah Batak DAN ARTINYA

Berbagai umpama dan umpasa batak toba dibukukan dalam pustaha (kitab dari kulit kayu)
Umpama dan Umpasa Batak Toba sejak berabad-abad yang lalu memegang peranan penting dalam kehidupan orang batak toba; baik dalam hal adat maupun kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan keduanya memiliki fungsi:
  • Nasihat
  • Doa
  • Pengakuan
  • Hukum adat
  • Menggambarkan sifat manusia
  • Untuk menyindir perilaku seseorang
  • Pedoman berdemokrasi
  • dsb
Begitu penting dan dalamnya makna umpama dan umpasa batak toba sehingga di setiap acara adat, pasti ada paling tidak salah satu di antara umpama atau umpasa yang diucapkan.  Dan bila umpasa yang diucapkan adalah suatu harapan yang juga menjadi harapan dari para hadirin, maka semua akan berkata “ima tutu”  (semoga demikian)
Akan tetapi umpama dan umpasa batak toba memiliki perbedaan yang nyata.  Bagimana membedakannya?
  • Bila dibandingkan dengan sastra Indonesia pada umumnya, maka umpama adalah seperti peribahasa, sedangkan umpasa adalah seperti pantun
  • Sebagaimana layaknya peribahasa, umpama tidak memiliki sampiran, langsung ke tujuan. Contohnya: Jolo dinilat bibir asa nidok hata (Makna: pikir dahulu baik-baik sebelum berbeicara)
  • Sedangkan umpasa sebagaimana layaknya pantun, pasti memiliki sampiran. Contohnya: Napuran huta napuran Sipoholon (sampiran). Na so olo marguru ima jolma na londongon (isi). (makna secara bebas: orang yang tidak mau belajar adalah orang yang bodoh)
Berikut ini beberapa contoh umpama dan umpasa:

Umpama:

  • Ingkon songon poting, lam marisi lam so marsoara (Makna: Semakin tinggi ilmu pengetahuan seseorang, harus semakin hati-hati berbicara)
  • Jempek do pat ni gabus (Makna: sehebat apapun seseorang menutupi kebohongannya, cepat atau lambat pasti akan terbongkar juga)
  • Jolo dinilat bibir asa nidok hata (Makna: pikir dahulu baik-baik sebelum berbeicara)
  • Lambiakmi ma galmit (Makna: Bila orang tua mengeluhkan kelakuan anaknya yang kurang baik, sadarilah bahwa itu karena kekurangan orang tua dalam mendidik anaknya itu)
  • Molo litk aek di toruan, tingkiron ma tu julu (Makna: bila ingin menyelesaikan suatu permasalahan, carilah dahulu apa penyebabnya)

Umpasa:

  • Niarit tarugi bahen tusuk ni pora-pora. Molo naeng jumpangan uli ingkon olo do loja (Makna secara bebas: Kalau ingin hidup enak harus mau bekerja keras dulu)
  • Niluluan tandok hapo dapot parindahanan. Tolap papangan mandok alai ndang tuk jamaon ni tangan (makna secara bebas: berbicara itu mudah tapi melakukannya adalah sulit)
  • Urat ni nangka ma tu urat ni hotang. Tudia hamu mangalangka di si ma dapotan (makna secara bebas: ke mana kamu pergi, semoga di situ dapat keberuntungan)
  • Salimbakbak salimbukbuk solot di pea-pea. Sahali pe margabus matua tano ndang porsea (makna secara bebas: sekali saja ketahuan berbohong, seumur hidup orang tidak akan percaya)




 


Umpasa/ Umpama/ Falsafah Batak
" Torop do bittang di langit, si gara ni api sada do
Torop do si boru nauli, tinodo ni rohakku holan ho do".
(Banyak bintang di langit, hanya satu yang paling terang,
Banyak gadis yang cantik, pujaan hatiku cuma dikau seorang)

FALSAFAH
Dijolo raja sieahan, dipudi raja sipaimaon
(Hormatan do natua-tua dohot angka raja).

Sada silompa gadong dua silompa ubi,
Sada pe namanghatahon Sudema dapotan Uli.

Pitu batu martindi sada do sitaon nadokdok
(Unang maharaphu tu dongan).

Jujur do mula ni bada, bolus do mula ni dame
(Unang sai jujur-jujuri salani dongan, alai bolushon ma).

Siboru buas siboru Bakkara, molo dung puas sae soada mara
(Dame ma).

Sungkunon poda natua-tua, sungkunon gogo naumposo
(Bertanggung-jawab).


UMPASA NI NAPOSO BULUNG.(Buat orang-orang muda)
Jolo tiniktik sanggar laho bahenon huru-huruan,
Jolo sinukkun marga asa binoto partuturan.

Tudia ma luluon da goreng-goreng bahen soban,
Tudia ma luluon da boru Tobing bahen dongan.

Tudia ma luluon da dakka-dakka bahen soban,
Tudia ma luluon da boru Sinaga bahen dongan.

Manuk ni pealangge hotek-hotek laho marpira
Sirang na mar ale-ale, lobianan matean ina.

Silaklak ni dandorung tu dakka ni sila-sila,
Ndang iba jumonok-jonok tu naso oroan niba.

Metmet dope sikkoru da nungga dihandang-handangi,
Metmet dope si boru da nungga ditandang-tandangi.

Torop do bittang di langit, si gara ni api sada do
Torop do si boru nauli, tinodo ni rohakku holoan ho do

Rabba na poso, ndang piga tubuan lata
Hami na poso, ndang piga na umboto hata

UMPASA MANJALO TINTIN MARANGKUP.(Untuk pasangan saat tukar cincin)
Bulung namartampuk, bulung ni simarlasuna,
Nunga hujalo hami tintin marangkup,
Dohonon ma hata pasu-pasuna

Hot pe jabu i, tong doi margulang-gulang
Sian dia pe mangalap boru bere i, tong doi boru ni Tulang.

Sai tong doi lubang nangpe dihukkupi rere,
Sai tong doi boru ni Tulang, manang boru ni ise pei dialap bere.

Amak do rere, dakka do dupang,
Anak do bere, Amang do Tulang.

Asing do huta Hullang, asing muse do huta Gunung Tua,
Asing do molo tulang, asing muse do molo gabe dung simatua.

UMPASA TU NA BARU MARBAGAS (Untuk pasangan yang baru menikah)
Dakka ni arirang, peak di tonga onan,
Badan muna naso jadi sirang, tondi mu marsigomgoman

Giring-giring ma tu gosta-gosta, tu boras ni sikkoru,
Sai tibu ma hamu mangiring-iring, huhut mangompa-ompa anak dohot boru.

Rimbur ni Pakkat tu rimbur ni Hotang,
Sai tudia pe hamu mangalakka, sai tusima hamu dapot pansamotan.

Dekke ni sale-sale, dengke ni Simamora,
Tamba ni nagabe, sai tibu ma hamu mamora.

Sahat-sahat ni solu, sahat ma tu labuan,
Sahat ma hamu leleng mangolu, jala sai di dongani Tuhan.

Sahat solu, sahat di parbinsar ni ari,
Leleng ma hamu mangolu jala di iring-iring Tuhan ganup ari.

Mangula ma pangula, dipasae duhut-duhut
Molo burju marhula-hula, dipadao mara marsundut-sundut

Ruma ijuk tu ruma gorga,
Sai tubu ma anakmuna na bisuk dohot borumuna na lambok marroha

Anian ma pagabe tumundalhon sitodoan,
Arimu ma gabe molo marsipaolo-oloan.

Gadu-gadu ni Silindung, tu gadu-gadu ni Sipoholon,
Sai tubu ma anakmuna 17 dohot borumuna 16.

Andor hadukka ma patogu-togu lombu,
Sai sarimatua ma hamu sahat tu na patogu-togu pahoppu.

UMPASA MANGAMPU
Bulung ni Taen tu bulung ni Tulan
Ba molo tarbahen, sai topot hamu hami sahali sabulan,
Molo so boi bulung ni tulan, pinomat bulung ni salaon
Ba molo so boi sahali sabulan, pinomat sahali sataon. 

Ni durung si Tuma laos dapot Pora-pora
Molo mamasu-masu hula-hula mangido sian Tuhan,
Napogos hian iba, boi do gabe mamora. 

Songgop si Ruba-ruba tu dakka ni Hapadan,
Angka pasu-pasu na ni lehon muna,
Sai dijangkon tondi ma dohot badan. 

Mardakka Jabi-jabi, marbulung ia si Tulan
Angka pasu-pasu na pinasahat muna,
Sai sude mai dipasaut Tuhan. 

Naung sampulu sada, jumadi sampulu tolu,
Angka pasu-pasu pinasahat muna,
Sai anggiatma padenggan ngolu-ngolu.
Naung sapulu pitu, jumadi sapulu ualu,
Angka pasu-pasu pinasat muna hula-hula nami,
Diampu hami ma di tonga jabu. 

Turtu ninna anduhur, tio ninna lote,
Angka pasu-pasu pinasahat muna,
Sai unang ma muba, unang mose. 

Habang pidong sibigo, paihut-ihut bulan,
Saluhut angka na tapangido, sai tibu ma dipasaut Tuhan. 

Obuk do jambulan, nidandan ni boru Samara
Pasu-pasu na mardongan tangiang sian hula-hula,
Mambahen marsundut-sundut soada mara. 

Tinapu bulung nisabi, baen lompan ni pangula
Sahat ma pasu-pasu na nilehon muna i tu hami,
Sai horas ma nang hamu hula-hula. 

Suman tu aek natio do hamu, riong-riong di pinggan pasu,
Hula-hula nabasa do hamu, na girgir mamasu-masu.

AKKA UMPASA NA ASING
Martahuak ma manuk di bungkulan ni ruma,
Horas ma hula-hulana,songoni nang akka boruna. 

Simbora ma pulguk, pulguk di lage-lage,
Sai mora ma hita luhut, huhut horas jala gabe. 

Hariara madungdung, pilo-pilo na maragar,
Sai tading ma na lungun, ro ma na jagar. 

Sinuan bulu sibahen na las,
Tabahen uhum mambahen na horas. 

Eme ni Simbolon parasaran ni si borok,
Sai horas-horas ma hita on laos Debata ma na marorot. 

Sititik ma sigompa, golang-golang pangarahutna,
Tung so sadia pe naeng tarpatupa, sai anggiat ma godang pinasuna. 

Pinasa ni Siantar godang rambu-rambuna,
Tung otik pe hatakki, sai godang ma pinasuna. 

Tuat si puti, nakkok sideak,
Ia i na ummuli, ima ta pareak. 

Aek godang tu aek laut,
Dos ni roha sibaen na saut. 

Napuran tano-tano rangging marsiranggongan,
Badan ta i padao-dao, tondita i marsigomgoman 

Marmutik tabu-tabu mandompakhon mataniari,
Sai hot ma di hamu akka pasu-pasu, laho marhajophon akka na sinari. 

Bona ni pinasa, hasakkotan ni jomuran,
Tung aha pe dijama hamu, sai tong ma dalan ni pasu-pasu.
xiii. Mandurung di aek Sihoru-horu, manjala di aek Sigura-gura
Udur ma hamu jala leleng mangolu, hipas matua sonang sora mahua. 

Dolok ni Simalungun, tu dolok ni Simamora
Salpu ma sian hamu na lungun, sai hatop ma ro si las ni roha.

# Urat ni gatap tano, rongging marsiranggoman
Age pe padao-dao,Tondyttai tong marsigomgoman.
Artinya Walaupun kita ber jauh-jauhan tetapi hati dan jiwa kita akan selalu berdekatan.
# Ia bagod i nakkih, ilambung ni sampuran
Ia jaman on jaman canggih, ulang lupa hubani Tuhan,
Artinya walaupun jaman sudah canggih tetapi jangan lah melupakan tuhan.
# Halambir ni sindamak, ikuhur dop ibola
Sinaha pe nini halak, ulang lupa bani horja,
Artinya
# Juma ni Tigarunggu, tubuhan lata-lata
Rajin ma hita marminggu, ase tong-tong ihasomani Tuhanta,
Artinya RajinLah Selalu Memuji tuhan ke gereja agar kita selalu dilindungi tuhan.
# Sinjata ni Indonesia, mariam dohot mortir
Andohar Indonesia jaya,Rakyat ni pe homa makmur, Artinya Senjata orang indonesia Meriam dan martir, setelah indonesia merdeka rakyatpun menjadi makmur.

# I lambung passa-passa, Tubu bonani tobu
Age aha pe namasa,Hita ulang mahua, Artinya Apapun yang Terjadi Kita Selalu Tenang.

# Ratting ni hayu bor-bor, ibaen hu pingging pasu
Anggo rajinmartonggo, Jumpahan pasu-pasu, Artinya Jika anda rajin Menjalankan Adat..anda akan selalu mendapat berkah.

# Boras ibagas supak, ibaen huparasanding
Horas nasiam namulak, horas homa hanami na tading, Artinya Selamat lah anda yang bepergian..dan damailah anda yang ditinggal.

# Borasni purba tua, iboan hu tiga balata
Horas ma hita sayur matua, itumpak-tumpak Naibatanta, Artinya Damai Sejahteralah Bagi Orang Tua dan di dalam perlindungan tuhan kita.

# Andor hadukka ma togu-togu ni lombu, togu-togu ni horbo, itogu hu Ajibata
Horas ma hita sayur matua, patogu-togu pahompu, das mar nini mar nono,
ipasu-pasu Naibatanta, Artinya Damai Sejahtralah bagi orang tua,Mengajar-ajarin anak sampai kecucu-cucunya agar selalu diberkati tuhan kita.

# Urat ni nangka, urat ni hotang
Hujape hita manlangkah, sai dapot-dapotan, Artinya Kemanapun kita melangkah Akan selalu mendapat berkah.

# Tubuh ma sanggar dohot tobu, dohor hupagar kawat
Tubuh ma anak pakon boru, jadi jolma na marpangkat Artinya Lahirlah Anak lelaki dan anak perempuan dari kamu hingga menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa.

# Urat ni riba dagei iboan hu Sukadame
Ulang bei sai marbadai, sai roh ma uhur dame, Artinya Janganlah Anda selalu bertengkar..tetapi Ajaklah untuk selalu berdamai.

# Dalan hua Ajibata, adong do tubuh Pisang
Anggo domma marrumah tangga, ulang ma adong hata mandok sirang, Artinya Jika anda sudah berumah tangga,jangan pernah untuk berpisah.

# Tubu sanggar dohot tobu i dolok-dolok
Tubu ma anak pakon boru na mok-mok. Artinya Lahirlah dari pada kamu anak yang sehat dan gemuk.
 
# Arirang ni palia, madek-dek hu bong-bongan
Age adong parsalisihan, ulang mar sidom-doman, Artinya walaupun anda punya perselisihan..tetapi janganlah anda saling mendendam.

# Tubu ma sanggar dohot tobu, parasaran ni piduk
Tubu ma anak pintar dohot boru na bisuk, Artinya Lahirlah dari padamu anak yang pintar dan putri yang rajin.

# Tubuh ma silanjuyang, itagil lang ra melus
Aha pe lang na hurang, anggo marhasoman Jesus, Artinya Tidak akan berkekurangan jika anda selalu berteman dengan yesus tuhan.

# Sada sikortas kajang, padua kortas hulipat
Sadokah ham marlajang, sada ham do hansa na hudingat
# Habang ma anduhur, sogop hu goring-goring
Anggo pusuk uhur, eta ham mandoding-doding

#  Hondor ma langge mu, i dolok si Marsolpah
Holong ni ateimu, ingaton ku do ai madokah

# Sihala sibarunje, ruak sihala bolon
Santabi ma bani umbei, dear nalang tarhorom

# Itampul bulu lihom, bulung ni irantingkon
Hatamu do masihol, hape uhur mu manadingkon

# Sedo lak-lak hasundur, haronduk ni buluk ku
Sedo halak hu sukkun, harosuh ni uhurhu

# Tumpak ni piring ledeng, paledang-ledang pahu
Loja do hapeni inang, pagodang-godang kon au

# Laklak itallik-tallik, i lambung ni pea-pea
halak na tahan marsik, ujungni jadi jolma na hasea

# Lak-lakni tamba tua, hoppa mambuat kuah
Pasangap orangtua, tong-tong dapotan tuah

# Lampuyang sakaranjang, bulung ni seng sadiha
Akkula do marganjang, uhur seng ope sadiha

# Marboras ma halawas, i jual hu Belanda
Horas ma nasiam martugas, haganupan wartawan

# Haporas ni silongkung, i huning i tubai
Anggo domma harosuh, ulang isumengi, lang ibadai

# Isuan ma timbaho, isuan manoran-noran
Paubah ma parlaho, ulang songon sapari, ase iharosuhkon hasoman

# Talaktak porling, sogop i bukkulan ni sopo
Indahan ni mata do borngin, ulang lalap ibodei lapo

# Ulang ihondor gumba, timbaho sihondoran
Ulang martonggo rupa, parlaho do sitonggoran

# Anduhur pinurputan, tading iparsobanan
Anggo uhur tinurutan, lang mar parsaranan

# Rage anak ni bintang, rage so hapulhitan
Buei do hata namantin, paima tangan dapotan

# Timbaho ni simarban, ulang mago sanrigat
Age lingot panonggor, ulang lupa pardingat

# Boras sabur-saburan, iboban ni pinggan pasu
Horas hita ganupan, sai jumpahan pasu-pasu

# Itarik gula, itanik songon tali
Age pe otik nasinari, ulang marsurei

# Irlak-irlak ma senter, itoru ni durian
Lang adong labuni jenges, anggo talu do ujian

# Initak ma sambor-bor, boras ronggit-ronggitan
Ijon hita manortor, ulang be borit-boritan

# Lang be tartalgis hon, pagaman ma na ronggos hon
lang be tartangishon, paganan ma na tor-torhon

# Habang ma kapal terbang, mamboan pinggan pasu
Age daoh ham marlajang, ulang lupa ham hubakku.
- See more at: http://horastano-batak.blogspot.com/2011/04/upasa-ni-halak-batak.html#sthash.XO1I5yWZ.dpuf

PODA, SIPAINGOT, BURA DOHOT ANDUNG

from :

http://tanobatak.wordpress.com/2007/04/12/poda-sipaingot-bura-dohot-andung/


PODA
  1. Pantun hangoluan tois hamagoan.
  2. Seang do tarup ijuk soada langge panoloti, seang do sipaingot so adong na mangoloi.
  3. Unang marhandang na buruk, unang adong solotan sogot, unang marhata na juruk unang adong solsolan marsogot.
  4. Tinallik dulang tampak dohot aekna. Pinungka hata (ulaon) unang langlang di tagetna.
  5. Unang sinuan padang di ombur-ombur, unang sinuan hata nagabe humondur-hondur.
  6. Anduhur pidong jau sitangko jarum pidong muara, gogo sibahen na butong tua sibahen na mamora, roha unang soada.
  7. Aek dalan ni solu sian tur dalan ni hoda, gogo mambahen butong, tua sibahen mamora.
  8. Anduhur pidong toba siruba-ruba pidong harangan, halak na losok mangula jadian rapar mangan.
  9. Anduhur pidong toba siruba-ruba pidong harangan, halak na padot mangula ido na bosur mangan.
  10. Singke di ulaon sipasing di baboan, tigor hau tanggurung burju pinaboan-boan.
  11. Pauk ni Aritonang pauk laho mangula, burju pinaboan-boan dongan sarimatua.
  12. Hotang-hotang sodohon ansimun sibolaon, hata-hata sodohonon sitongka paboaboaon.
  13. Handang niaithon na dsua gabe sada, niantan pargaiton unang i dalan bada.
  14. Hori sada hulhulan bonang sada simbohan, tangkas ma sinungkun nanget masipadohan.
  15. Ijuk di para-para hotang di parlabian, na bisuk nampuna hata na oto tu pargadisan.
  16. Hotang do paninaran hadang-hadangan pansalongan.
  17. Bogas ni Gaja Toba tiur do di jolo rundut do di pudi, bogas ni Raja Toba tiur do di jolo tota dohot di pudi.
  18. Dang sibahenon dangka-dangka dupang-dupang, dang sibahenon hata margarar utang.
  19. Sinuan bulu di parbantoan dang marganda utang molo pintor binahonan.
  20. Sinuan bulu di parbantoan sai marganda do utang na so binahonan.
  21. Niduda bangkudu sada-sada tapongan, sai marganda lompit do utang ia so jalo-jalo binahonan.
  22. Manggual sitindaon mangan hoda sigapiton, tu jolo nilangkahon tu pudi sinarihon.
  23. Langkitang gabe hapur, nahinilang gabe mambur.
  24. Molo duri sinuan duri ma dapoton. Ia bunga sinuan bunga ma dapoton, ia naroa sinuan naroa ma dapoton.
  25. Jolo marjabu bale-bale asa marjabu sopo, jolo sian na tunggane asa tu naumposo molo makkuling natunggane manangi ma naumposo.
  26. Ingkon manat marpiu tali, ingkon pande marjalin bubu, ingkon manat mangula tahi, ingkon pande mangula uhum.
  27. Masihurha manukna unang teal buriranna, masiajar boruna unang suda napuranna.
  28. Tuit sitara tuit tuit pangalahona, natuit anak i mago horbona, molo natuit boru mago ibotona.
  29. Siala il siala ilio, utang juma disingir di halak namalo, singir jadi utang di halak na so malo.
  30. Magodang aek bila, ditondong aek hualu, mago sideak bibir dibahen pangalualu.
  31. Santopap bohi sanjongkal andora, ndang diida mata alai diida roha.
  32. Anduhur pidong jau sitapi-tapi pidong toba, binuat roha jau pinarroha roha toba.
  33. Gala-gala nasa botohon , manang beha pe laga adong do hata naso boi dohonon.
  34. Pir eme di lobongan ndang guguton, uli pe paniaran ni dongan ndang langkupon.
  35. Ndang tuk-tuhan batu dakdahan simbora, ndang tuturan datu ajaran na marroha.
  36. Songon parsege-sege so seang, sapala seang, seang dohot bota-botana.
  37. Naihumarojor bola hudonna, naihumalaput tata indahanna.
  38. Pege sangkarimpang halas sahadang-hadangan, rap mangangkat tu ginjang, rap manimbung tutoru halak namarsapanganan.
  39. Tinutu gambiri angkup ni sera-sera, pinatonggor panaili, unang hu roha ni deba.
  40. Unang songon parmahan ni sunggapa, dihuta horbona dibalian batahina, mago dibahen rohana pidom dibahen tondina.
  41. Sitapi uruk sitapi dibalunde, tu dolok pe uruk tu toruan tong ene, ai aha so uruk sai jalo do pinaune-une.
  42. Sinintak hotor-hotor, humutur halak-halak asing do timbang dongan asing timbang halak.
  43. Mimbar tungkap ni tuak, mimbar do nang daina, muba laut, muba do ugarina.
  44. Muba dolok, muba duhutna, muba luat muba do uhumna.
  45. Manghuling bortung di topi ni binanga, adong do songon ogung sipatudu luhana.
  46. Rigat-rigat ni tangan ndang laos rigathonon, rigat-rigat ni hata ndang laos ihuthononton.
  47. Talaktak siugari, ibana mambahen, ibana mamburbari .
  48. Hauma sitonang panjangkitan ni langkitang, sai pidom do jolma na olo marhilang.
  49. Ndang tarhindat gaor-gaor ni hudon, ndang tarsoluk harajaon hasuhuton.
  50. Tanduk ni ursa mardangka-dangka suhut di hasuhutonna raja marhata-hata.
  51. Tanduk ni ursa margulu-gulu salohot benge. (na so dohot pe diboto aha namasa)
  52. Pansur tandiang di rura ni aek puli, na pantun marroha/marina ido tiruan nauli.
  53. Martaguak manuk di toruni bara ruma, napantun marnatoras, ido halak namartua.
  54. Habang ambaroba paihut-ihut rura, sapala naung ni dohan, unang pinauba-uba.
  55. Pasuda-suda arang so himpal bosi. (patua-tua daging pasuda-suda gogo.)
  56. Holi-holi sangkalia, sai marhormat do langkani ama mida tangan ni ina.
  57. Masuak ranggas di degehon Sinambela, molo tung i nama dibuat nasoala, nanggo torang diboto deba.
  58. Bosi marihur tinopa ni anak lahi, matana tinallikkon tundunma mangonai
  59. Dipangasahon suhulna do matana, dipangasahan matana do suhulna.
  60. Ndang dao tubis sian bonana.
  61. Pitu hali taripar di aek parsalinan, laos so muba do bolang ni babiat.
  62. Somalna do peamna.
  63. Hapalna mattat dok-dokna, dok-dokna mattat hapalna.
  64. Unang martata ilik sada robean.
  65. Gala gumal bulu andalu sangkotan ni bonang, asa monang maralohon musu, pinatalu roha maralohon dongan.
  66. Garang-garang ni luatan nionjat tu harang ni hoda, molo marbada hula-hula, boruna mandabu tola. Molo marbada boru, hula-hula mandabu tola. Molo marbada anggi, hahana mandabu tola.
  67. Unang patubi-tubi manuk pasalpu-salpu onan.
  68. Unang dua hali tu aek natua-tua.
  69. Hotang hotang sodohon ansimun sobolaon. Hata-hata sodohonon tongka sipaboa-boanan, guru ni hata naso dohonon, guru ni juhut naso seaton.
SALIK
  1. Ndang taruba babi so mangallang halto.
  2. Holi-holi sangkalia, tading nanioli dibahen nahinabia.
  3. Jinama tus-tus tiniop pargolangan, tuk dohonon ni munsung dang tuk gamuon ni tangan.
  4. Balik toho songon durung ni Pangururan, sianpudi pe toho asal haroro ni uang.
  5. Sanggar rikrik angkup ni sanggar lahi, dongan marmihim jala donganna martahi-tahi.
  6. Otik pe bau joring godang pe bau palia.
  7. Tinompa ni pinggan paung, molo domu songon namaung-aung, ia dung sirang songon naginaung-gaung.
  8. Madungdung bulung godang tu dangka ni bulu suraton, marunung namarroha molo adong uli buaton.
  9. Partungkot mundi-mundi, parsoban hau halak, Parroha sibuni-buni pa ago-ago halak.
  10. Ia arian martali-tali nabontar, ia borngin martali-tali narara. (ia dompak sarupa jolma ia tundal sarupa begu)
  11. Sampilpil di pudina haramonting di jolona, sude halak magigi dibahen pangalahona.
  12. Tanduk ni lombu tanduk ni lombu silepe, molo monang marjuji sude sidok lae ia talu sude mambursik be.
  13. Najumpang gabe natinangko molo so malo, natinangko gabe najumpang molo malo.
  14. Taos rampe ni hajut, ditunjang ampapaluan, mate parjuji talu ndang adong ni andungan, andungan i annon sotung ro utang taguhan, soandungan i anon dang diboto dongan salumban.
UMPAMA PINSANG-PINSANG
  1. Siguris lapang ni begu.
  2. Sipansur ni aek nilatong.
  3. Sipultak pura-pura siusehon pargotaan.
  4. Siallang indahan ni begu.
  5. Siallang sian toru ni rere.
  6. Dompak sarupa jolma tundal sarupa begu.
  7. Binarbar simartolu langkop ni panutuan.
  8. Situlluk namardai, sidilati panutuan.
  9. Partiang latong, hau joring parira, partangkula nabara. (Panirisanna pe malala bagasna pe malala)
  10. Sidegehon papan namungkal, sitangkup ihurni hoda pudi.
  11. Sitahopi api songon ulok dari.
  12. Sitortori na so gondangna.
  13. Sihohari ranggiting.
  14. Bintatar pandidingan, simartolu parhongkomna, sidok hata hagigihan soada hinongkopna.
  15. Sirotahi pangananna.
  16. Poring sitorban dolok, manuk sisudahon.
  17. Sisopsop rentengna.
  18. Sibondut ranggas nagaung-gaung.
  19. Silompa lali nahabang.
  20. Sialap manaruhon.
  21. Sibola hau tindang, sipadugu horbo sabara.
  22. Sipatubi-tubi manuk, pasalpu-salpu onan.
  23. Sitangko bindana.
  24. Sipadomu pardebataan tu parsombaonan.
  25. Siaji pinagaranna.
  26. Soban bulu, dongan musu.
  27. Partungkot mundi-mundi, parsoban hau halak, parroha sibuni-buni pa ago-ago halak.
  28. Siuntei naigar, siasomi na asom, sisirai na ansim.
  29. Tongka dua pungga saparihotan.
  30. Gala-gala naso botohon, muruk pe iba adong do hata nasoboi dohonon.
BURA
  1. Unggas jala andalu, bungkas jala mabalu.
  2. Datu mangan saputna, raut mangan ompuna.
  3. Antuk nabegu soro ulu balang.
UMPAMA APUL-APUL
  1. Bagot namadung-dung tu pilo-pilo marajar, tading ma nalungun roma na jagar.
  2. Porda marungrung mulakma tu songkirna, Horbo manurun mulakna tu barana, hot ma doal di sangkena, pinggan di rangkena.
  3. Amani bogot bagit, amani bagot so balbalon, lungun pe nasai laonna i, tuhirasna tu joloan ni arion.
  4. Sitorop ma bonana sitoropma nang rantingna, ia torop hahana toropma nang anggina.
  5. Sitorop ma bonana sitoropma nang rantingna, torop ma natoropi tu toropma nasopiga.
  6. Mangordang di juma tur, manabur di hauma saba, hea do mauli bulung nang pe anak sasada.
  7. Malos ingkau rata riang-riang pinatapu-tapu, molo manumpak Debata di ginjang naung tungil olo jadi napu.
  8. Naung pardambirbiran, gabe pardantaboan, jolma naung hagigian gabe jadi sihalomoan.
  9. Loja siborok manjalahi guluan, sai mutu do rohani jolma manjalahi hangoluan.
  10. Sai tiurma songon ari, sai rondangma songon bulan, sai dapot najinalahan tarida naniluluan.
  11. Sinepnep mauruk-uruk silanian ma aek toba, nametmet unang marungut-ungut namagodang unang hansit rohana.
  12. Magodang ma aek godang di juluan ni aek raisan, mandao ma ianggo holso sai roma parsaulian.
  13. Niraprap hodong, tinapu salaon, sinok do mata modom, musu unang adong be si jagaon.
  14. Sai tutonggina ma songon tobu, tu assimna songon sira, magodang ma naumetek sai mangomo partiga-tiga.
  15. Sirambe nagodang ma tu sirambe anak-anak, gok ma sopo nabolon maruli sopo si anak-anak.
  16. Pahibul-hibul tiang patingko-tigko galapang, pamok-mok namarniang pabolon-bolon pamatang.
UMPAMA PANIGATI
  1. Nabingkas do botik gaja dibahen botik aili, bingkas si alali dibahen sipinggiri.
  2. Nidanggurhon jarum tu napot-pot ndang di ida mata alai diida roha.
  3. Dirobean pinggol tubu di nahornop pangidai jorbing anak ni mata natingkos na ni idana.
  4. Madung-dung bulu godang tu dangka ni bulu suraton, marunung-unung namaroha molo adong uli buaton.
  5. Diihurpas batu tarida oma, molo adong tuhas uasi (gana) alona.
  6. Binarbar bagot tarida pangkona, nungnga tangkas dapot dihaol tinangkona.
  7. Manuk-manuk hulabu ompan-ompan ni soru, dang pangalangkup jolmai molo di patudu parboru.
  8. Dapot do imbo dibahen suarana, tarida ursa dibahen bogasna.
  9. Sada sanggar rik-rik, padua sanggar lahi, donganna mar mihim-mihim, jala donganna martahi-tahi.
  10. Binarbar rikrik tarida pangko, dos do utang ni parmitmit utang panakko.
  11. Aus nabegu adang namalo.
  12. Manunjang dibalatuk, marboa di tapian.
  13. Nungnga tardege pinggol ni dalan.
  14. Masuak sanggar mapopo hadudu.
  15. Parraut si etek-etek.
  16. Marsanggar-sanggar.
  17. Nirimpu soban hape do bulu, nirippu dongan hape musu.
  18. Sibalik sumpa sipatundal ni begu.
  19. Marbuni-buni tusa di panjaruman. (marbuni hata ditolonan)
  20. Disarat hodongna mangihut lambena, sae gorana, lea rohana di pandena.
  21. Disuru manaek ditaba di toru.
  22. Sarung banua, monsak humaliang bogas, tata natinutungan, marimbulu natinanggoan.
  23. Marurat ni langgumgum, marparbue di pandoran, patampak-tampak hundul pulik-pulik hata ni dohan.
PARUHUMAN
  1. Dang tarbahen sasabi manaba hau, dang tarbahen tangke mangarambas.
  2. Timbang ma daon ni natutu, gana daon ni torpa (daho).
  3. Tiris ni hudon tu toru, tiris ni solu do tu ginjang.
  4. Naolo manutung-nutung, naolo mangan sirabun, naolo manangko naolo mangan sirabun.
  5. Disi pege mago disi manutu-nutu.
  6. Disi banggik maneak disi asu martunggu.
  7. Ndang bolas manaputi ia soadong bulung, dang bolas mangarahuti ia soadong tali.
  8. Andalu sangkotan ni bonang. (manggarar ma natalu, siadapari gogo)
  9. Sisoli-soli uhum, siadapari gogo.
  10. Dongan sotarhilala, musu sohabiaran.
  11. Asa sibarung doho si bontar andora, tung taranggukkon ho so binoto lapang ni gora.
  12. Tu ginjang manjalahi na rumun tu toru manjalahi na tumandol.
  13. Tinallik hodong bahen hait-hait ni palia, tagonan na martondong, sian na marsada ina.
  14. Buruk-buruk ni saong tu aos-aos ni ansuan, molo gabe taon ingkon olo manggarar utang.
  15. Seak-seak borhu madabu tu bonana, tanda ni anak, patureon ni amana.
  16. Si idupan do nauli, si saemon do nahurang.
  17. Ndang suhat be nunga bira, ndang tuhas be nungnga tarida.
  18. Molo adong unsimmu, dada gaol mu mardo, ai molo adong panuhormu, ndada ho pandobo.
  19. Rompu tuju, si dua gumo, molo so malo pangulu dapotan duri.
    Rompu tuju, sidua gumo, molo malo pangulu dapotan uli.
  20. Siuangkap batang buruk, sibarbar na niampolas.
  21. Sada umpaka hite, luhut halak marhitehonsa.
  22. Lulu anak, lulu tano, lulu boru, lulu harajaon.
  23. Simbar dolok sitingko ulu balang, boi tu hasundutan boi tu habinsaran.
HATA ANDUNG
Hata ni andung : Ia mula ni hata andung sian Tuan Sori Mangaraja do i. Alai ido mula ni dungdang, mula ni hata-hata, mula ni saem, parguri-guri si jonggi, parmual sitio-tio, parsagu-sagu nadua sada hundulan, parmombang napitu, nagaram di panggaraman nagurum di pangguruman, natangkas dihata-hata nasungkun di undang-undang. Raja urat ni ubi, raja tiang ni tano nasungsang parmonangan horbo paung ni portibi, natumombang tano Balige. Balige Raja, Balige marpindan-pindan, hamatean ni Niro. Mula ni andung i MINANGSIHON, ima nalaho ibana taripar lautan tu tano Batang Toru mangalului partondung laho manungkun Debata Mulajadi, ala logo ari hatihai, pitu taon lelengna di Toba nabalau.
Songon i muse di namamulung ibana nasa goar ni pulung-pulungan tu tombak, na gabe miak ni parsibasoan, suang i muse nalao ibana tu tano Mandailing, masi ate-ate ni bosi pusu-pusu ni bosi, nagabe surik ni sibaso nabolon i, ima piso solam debata dohot hujur siringis ima nataripar tu si Raja Oloan sian Sibagot Ni Pohan.

Senin, 24 Juni 2013

HUTA TA MEMANAS tuk pertama kalinya (martIn hasudungan Hutahaean)

IYA HARI INI TANGGAL 24 JUNI 2013

telah terjadi sebuah konspirasi ,
postingan martin hutahaean ttg masalah kakak iparnya atau family nya sendiri telah mencundangi boru boru BATAK,,, Sebagai boru batak yang hina dimatanya
dengan kebijakan bersama untuk kenyamanan grup HUTA TA
Maka kami admin berinsiatif tuk menghapus n mengeluarkan MARTIN HASUDUNGAN huTAHAEAN yang tak menghargai akka boru batak
dikarenakan masalah pribadi atau keluarganya tak layak ia sebutkan semua boru batak ITU mata duitan krn sinamot,tak benar lah intinya melecehkan para boru boru batak

apapun yang terjadi kami siap bertahan di grup ini

HORASSS
HORASSS,,,,

Jumat, 14 Juni 2013

Legenda Pusuk Buhit dan Asal Muasal Si Raja Batak




LEGENDA PUSUK BUHIT

Pusuk Buhit, gunung yang awalnya bernama Gunung Toba memiliki ketinggian 1.500 meter lebih dari permukaan laut dan 1.077 meter dari permukaan Danau Toba. Ada tiga kecamatan yang berada langsung di bawah gunung tersebut yakni Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kecamatan Pangururan, dan kecamatan Harian Boho.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRe7Y2SdAJiq6lhU2fXu18Sou70l1id7urH2qEKHiwjBAZyz6aoS0w-c5wY_SwYRGsDbLyTz-EFfdcCIRMRzmkPMHF10tsEVWXwlo5tP_ESSEOa0UNqXK_7n-FLUx6MyUy7LoCBmi9nubp/s320/Pinompar+Tateabulan.jpg
Pinompar ni Tateabulan

Berawal dari Siboru Deak Parujar yang turun dari langit. Dia terpaksa meninggalkan kahyangan karena tidak suka dijodohkan dengan Siraja Odap-odap. Padahal mereka berdua sama-sama keturunan dewa. Dengan alat tenun dan benangnya, Siboru Deak Parujar yakin menemukan suatu tempat persembunyian di benua bawah. Alhasil, dia tetap terpaksa minta bantuan melalui burung-suruhan Sileang-leang Mandi agar Dewata Mulajadi Nabolon berkenan mengirimkan sekepul tanah untuk ditekuk dan dijadikan tempatnya berpijak. Namun sampai beberapa kali kepul tanah itu ditekuk-tekuk, tempat pijakan itu selalu diganggu oleh Naga Padoha Niaji. Raksasa ini sama jelek dan tertariknya dengan Siraja Odap-odap melihat kecantikan Siboru Deak Parujar. Akhirnya Siboru Deak Parujar mengambil siasat dengan makan sirih. Warna sirih Siboru Deak Parujar kemudian semakin menawan Naga Padoha Niaji. Dia mau tangannya diikat asal yang membuat merah bibir itu dapat dibagi kepadanya. Namun setelah kedua tangan berkenan diikat dengan tali pandan, Siboru Deak Parujar tidak memberikan sirih itu sama sekali dan membiarkan Naga Padoha Niaji meronta-ronta sampai lelah.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPwjH76kGjBNORotvE2QEvKYYv9Tir0ggiqepwuTDddKHrAZhoeOh32N4Dn_nZMoWq08ysRxg8WFni09v10gmjracImqRQn7NwYJm6jYHCskWRlNOm_7NrCVbnsA_8gH8x5jYI2xuloY-X/s320/Aek+Bunga+bunga.jpg
Aek Bunga-Bunga (Mata Air pertama di Sagala)
 Bumi yang diciptakan oleh Siboru Deak Parujar terkadang harus diguncang gempa. Gempa itulah hasil perilaku Naga Padoha Niaji. Namun ketika guncangan itu mereda Siboru Deak Parujar mulai merasa kesepian dan mencari teman untuk bercengkerama. Tanpa diduga dan mengejutkan, diapun bertemu dengan Siraja Odap-Odap dan sepakat menjadi suami-istri yang melahirkan pasangan manusia pertama di bumi dengan nama Raja Ihat Manisia dan Boru Ihat Manisia. Dari generasi pertama ini lahir tiga anak yaitu Raja Miok-miok, Patundal Na Begu dan Si Aji Lapas-lapas.

Dari ketiga anak tersebut hanya raja Miok-miok memiliki keturunan yaitu Eng Banua.Generasi berikutnya Eng Domia atau Raja Bonang bonang yang menurunkan Raja Tantan Debata,Si Aceh dan Si Jau. Hanya Guru Tantan Debata pula yang memiliki keturunan yaitu Si Raja Batak.
Mulai dari garis Si Raja Batak, asal-usul manusia Batak bukan dianggap legenda lagi tapi menjadi tarombo atau permulaan silsilah. Pada generasi sekarang telah dikenal aksara atau lazim disebut Pustaha Laklak. Sebelum meninggal, Si Raja Batak sempat mewariskan ”Piagam Wasiat” kepada kedua anaknya Guru Tatea Bulan dan Raja Isumbaon.
 
Guru Tatea Bulan mendapat ”Surat Agung” yang berisi ilmu pedukunan atau kesaktian, pencak silat dan keperwiraan. Raja Isumbaon mendapat ”Tumbaga Holing”yang berisi kerajaan (Tatap- Raja ), hukum atau peradilan, persawahan, dagang dan seni mencipta. Guru Tatea Bulan memiliki sembilan anak yaitu Si Raja Biak-biak, Tuan Saribu Raja, Si Boru Pareme (putri), Limbong Mulana, Si Boru Anting Sabungan(putri), Sagala Raja, Si Boru Biding Laut (putri), Malau Raja dan Si Boru Nan Tinjo ( maaf, konon seorang banci yang dalam bahasa Batak disebut si dua jambar). Dari keturunan Guru Tatea Bulan terjadi pula perkawinan incest. Antara Saribu Raja dengan Si Boru Pareme. Ini yang menurunkan Si Raja Lontung yang kita kenal marga Sinaga, Nainggolan, Aritonang, Situmorang, dan seterusnya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdfA-uAYogeiAeotYeSw7RPfHPq_AGnHoCPlLPqGf8UJuk_pRMCfZBx8h6brRufFb_638i0Mo2L4pdwSFnR-ZmlTb2iuyVV-THJnP3UCg0q93yFH7Y-VJofXpMkPibNCXG4z2KPhQzekW2/s320/Pinompar+Raja+Batak.jpg
Ompu ni Raja Uti
Pada umumnya orang Batak percaya kalau Siraja Batak diturunkan langsung di Pusuk Buhit. Siraja Batak kemudian membangun perkampungan di salah satu lembah gunung tersebut dengan nama Sianjur Mula-mula Sianjur Mula Tompa yang masih dapat dikunjungi sampai saat ini sebagai model perkampungan pertama. Letak perkampungan itu berada di garis lingkar Pusuk Buhit di lembah Sagala dan Limbong Mulana. Ada dua arah jalan daratan menuju Pusuk Buhit. Satu dari arah Tomok (bagian Timur) dan satu lagi dari dataran tinggi Tele.


ASAL MUASAL SI RAJA BATAK

Asal usul suku Batak sangat sulit untuk ditelusuri dikarenakan minimnya situs peninggalan sejarah yg menceritakan tentang suku Batak, maka sering dikatakan menelusuri asal usul suku Batak adalah orang yg kurang kerjaan. tapi bagi saya nggak jadi masalah dikatakan kurang kerjaan, siapa tau ada dari para pembaca yg bisa lebih melengkapi tulisan ini saya akan sangat berterima kasih.

Dengan mengutip dari berbagai sumber termasuk tulisan diberbagai blog dan juga buku2 yg menuls tentang Batak saya mencoba untuk menyajikannya bagi para pembaca Suku Batak adalah salah satu dari ratusan suku yg terdapat di Idonesia,suku Batak terdapat di wilayah Sumatera Utara.Menurut legenda yg dipercayai sebahagian masyarakat Batak bahwa suku batak berasal dari pusuk buhit daerah sianjur Mula Mula sebelah barat Pangururan di pinggiran danau toba.

Kalau versi ahli sejarah Batak mengatakan bahwa siRaja Batak dan rombonganya berasal dari Thailand yg menyeberang ke Sumatera melalui Semenanjung Malaysia dan akhirnya sampai ke Sianjur Mula mula dan menetap disana.
Sedangkan dari prasasti yg ditemukan di Portibi yg bertahun 1208 dan dibaca oleh Prof. Nilakantisari seorang Guru Besar ahli Kepurbakalaan yg berasal dari Madras,India menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan Cola dari India menyerang Sriwijaya dan menguasai daerah Barus.pasukan dari kerajaan Cola kemunggkinan adalah orang2 Tamil karena ditemukan sekitar 1500 orang Tamil yg bermukim di Barus pada masa itu.Tamil adalah nama salah satu suku yg terdapat di India.

si Raja Batak diperkirakan hidup pada tahun 1200 (awal abad ke13) Raja Sisingamangaraja keXII diperkirakan keturunan siRaja Batak generasi ke19 yg wafat pada tahun 1907 dan anaknya si Raja Buntal adalah generasi ke 20.
Dari temuan diatas bisa diambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar leluhur dari siRaja batak adalah seorang pejabat atau pejuang kerajaan Sriwijaya yg berkedudukan diBarus karena pada abad ke12 yg menguasai seluruh nusantara adalah kerajaan Sriwijaya diPalembang.
Akibat dari penyerangan kerajaan Cole ini maka diperkirakan leluhur siRaja Batak dan rombonganya terdesak hingga ke daerah Portibi sebelah selatan Danau Toba dan dari sinilah kemungkinan yg dinamakan siRaja Batak mulai memegang tampuk pemimpin perang
atau boleh jadi siRaja Batak memperluas daerah kekuasaan perangnya sampai mancakup daerah sekitar Danau Toba,Simalungun,Tanah Karo,Dairi sampai sebahagian Aceh dan memindahkan pusat kekuasaanya sidaerah Portibi disebelah selatan Danau Toba.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJxEKmbCxhyphenhyphencAGunnEBWBdJKWKLxrTpeKcj4ose1vusl7PSZMJraymYVPjoBqqTYHjqKKOChYWZQHMWhft-Gb0QxXSMJrW-h_8oQrSboYlErrT4X5pM1H6mKlf1c8lQNIP_MEnKNh-cNp-/s320/Mangulosi.jpg
Mangulosi Halak Batak
Pada akhir abad ke12 sekitar tahun 1275 kerajaan Majapahit menyerang kerajaan Sriwijaya sampai kedaerah Pane,Haru,Padang Lawas dan sekitarnya yg diperkirakan termasuk daerah kekuasaan siRaja Batak
Serangan dari kerajaan Majapahit inilah diperkirakan yg mengakibatkan si Raja Batak dan rombonganya terdesak hingga masuk kepedalaman disebelah barat Pangururan ditepian Danau Toba,daerah tersebut bernama Sianjur Mula Mula dikaki bukit yg bernama Pusuk Buhit,kemudian menghuni daerah tersebut bersama rombonganya.
terdesaknya siRaja Batak oleh pasukan dari kerajaan Majapahit kemungkinan erat hubunganya dengan runtuhnya kerajaan Sriwijaya dipalembang karena seperti pada perkiraan diatas siRaja Batak adalah kemungkinan seorang Penguasa perang dibawah kendali kerajaan Sriwijaya.
Sebutan Raja kepada siRaja Batak bukanlah karena beliau seorang Raja akan tetapi merupakan sebutan dari pengikutnya ataupun keturunanya sebagai penghormatan karena memang tidak ada ditemukan bukti2 yg menunjukkan adanya sebuah kerajaan yg dinamakan kerajaan Batak.
Suku Batak sangat menghormati leluhurnya sehingga hampir semua leluhur marga2 batak diberi gelar Raja sebagai gelar penghormatan,juga makam2 para leluhur orang Batak dibangun sedemikian rupa oleh keturunanya dan dibuatkan tugu yg bisa menghabiskan biaya milyartan rupiah.Tugu ini dimaksudkan selain penghormatan terhadap leluhur juga untuk mengingatkan generasi muda akan silsilah mereka.
didalam sistim kemasyarakatan suku Batak terdapat apa yg disebut dengan Marga yg dipakai secara turun temurun dengan mengikuti garis keturunan laki laki.ada sekitar 227 nama Marga pada suku Batak.
Didalam Tarombo Naimarata dikatakan bahwa siRaja Batak memiliki 3 (tiga)orang anak yaitu:
-GURU TATEA BULAN (siRaja Lontung)
-RAJA ISOMBAON (siRaja Sumba)
-TOGA LAUT.

Ketiga anak si Raja Batak inilah yg diyakini meneruskan tampuk pimpinan siRaja Batak dan asal mula terbentuknya marga2 pada suku Batak.


PENYEBARAN MASYARAKAT BATAK

Salah satu hal yang menyebabkan hal ini adalah kurangnya informasi sejarah yang dapat diteliti dikarenakan banyak dari benda – benda sejarah suku Batak hilang pada saat penjajahan Belanda dan Perang melawan Padri (atau lebih dikenal dengan tingki ni par padiri). Dalam artikel ini penulis mencoba mengambil jalur historis dimana disebutkan bahwa asal usul Bangsa Batak adalah dari daerah Asia.


Suku Bangsa Batak semula adalah satu dari Suku Melayu Pegunungan (orang pendalaman yang tinggal dan terisolir di pegunungan) di pegunungan perbatasan Burma / Siam (Thailand). Disana suku Bangsa Batak tinggal dengan suku – suku Bangsa Suku Melayu Pegunungan lainnya seperti Suku Bangsa Karen, Igorot, Toraja, Bontok, Ranau, Meo, Tayal, Waco.

Suku bangsa ini selama ribuan tahun terpisah dari pengaruh dunia luar (splendid isolation), mereka seluruhnya adalah orang – orang pegunungan yang cenderung mengurung diri di pegunungan dan menolak segala hubungan dengan dunia luar terutama orang – orang pesisir (Suku Melayu Pesisir).

Pada + 3000 SM Bangsa Mongol melakukan pelebaran wilayah kekuasaan mereka ke arah Selatan, sepanjang Sungai Irwandi, Salween, serta Mekong. Situasi ini mendesak orang – orang yang bukan hanya dari kalangan Suku Melayu Pesisir (orang pesisir) tetapi juga Suku Palae Mongoloid (nenek moyang orang orang Siam, Kamboja, Laos, Viet, dan Dayak. Akibat expansi ini, suku Siam mulai mendapat terpengaruh agama Budha. Berbeda dengan Suku Dayak yang terlanjur jauh berpindah ke pendalaman hutan Kalimantan.

Desakan yang dilakukan suku Mongol terhadap Palae Mongoloid memaksa Palae Mongoloid mendesak pula ke atas naik ke pegunungan meninggalkan daerah pesisir, ke wilayah Suku Melayu Pegunungan. Inilah yang disebut dengan desakan secara Transcendental. Akibat desakan ini, kalangan Suku Melayu Pegunungan sebagian besar terdesak hingga ke tepi laut di Teluk Martaban dan berlahan – lahan terkena pengaruh budaya Hindu dimana dapat dipahami banyak istilah – istilah Hindu yang mereka adopsi masuk ke dalam bahasa – bahasa Suku Melayu Pegunungan antara lain ke dalam Bahasa Batak. Istilah – istilah seperti ; Debata, Singa, Surgo, Batara, Mangaraja dan lain – lain.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFB1_ZxxJM9UQf0DQPoO0dU03BoNpz3XiNzfOd_GrnKuU0CjBAf74TI7M-VDMADA90lB3GZlHTLPdGkkNFef8TZvr7WWDA08zX2w7hcdjV_TVMfVJtpx3g9QTQ3PbgQtAUQysSCJQg7lpx/s320/Malosung+Eme.jpg
Malosung Eme
Masyarakat Suku Melayu Pegunungan yang aslinya adalah orang – orang pegunungan tentu tidak merasa nyaman berada di daerah pinggiran mengingat banyaknya ancaman dari pengaruh luar yang bisa datang mempengaruhi. Sangat jauh berbeda dari kebiasaan mereka yang suka menutup diri di pegunungan dari pengaruh luar.

Suku Bangsa Batak mendarat di Pantai Barat Pulau Andalas. Disana suku Batak sudah segera terpecah menjadi beberapa bagian sebagai berikut :

Kelompok Pertama Melanjutkan pelayaran dan mendarat di Simalur, Nias, Batu, Mentawai, Siberut dan lain – lain hingga ke Enggano.

Kelompok Kedua mendarat di Muara Sungai Simpang (Singkil Sekarang) Masuk ke pendalaman dan menetap di Kutacane. Dari sana mereka menduduki seluruh pendalaman Aceh. Inilah yang kemudian menjadi Suku Batak Gayo dan Batak Alas. Walau berada di wilayah Aceh namun kelompok ini tidak pernah terpengaruh oleh Aceh. Tulisan dan Bahasa tetaplah Batak.

Kelompok Ketiga mendarat di Muara Sungai Sorkam (antara Barus dan Sibolga). Masuk ke pendalaman mencari daerah yang terisolir dan bermukim di kaki gunung Pusuk Buhit. Inilah yang akhirnya menjadi cikal bakal orang Batak sekarang.

Suku Batak di Tanah Batak mendirikan permukiman yang pertama di tepi Danau Toba di kaki Gunung Pusuk Buhit yang bernama Sianjur Sagala Limbong Mulana. Tempat ini sangat terjamin dimana jika dilihat dari segi geografisnya sendiri, permukiman ini berada di ketinggian 900 meter berada jauh dari pinggir danau Toba dan memiliki sumber air untuk irigasi yang sangat banyak.